Al-Muhajirin

Keutamaan Shalat Sunnah di Rumah
إِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ
Sesungguhnya shalat seseorang yang paling afdhal adalah shalat yang dikerjakan di rumahnya, kecuali shalat wajib. [HR. Bukhari 731, Muslim 1861 dan yang lainnya]
Namun, bagaimana jika dikerjakan di rumah menyebabkan kita tidak mendapatkan shaf pertama untuk berjamaah? Lebih dianjurkan untuk shalat rawatib qabliyah di masjid, agar mendapat shaf pertama ketika shalat berjamaah.

Jumat 2016-11-11

Ringkasan Khutbah Jumat 2016-11-11

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.”
Al-Hujurat(49) ayat 12

Dikisahkan oleh Syaikh Al Musnid Hamid Akram Al Bukhory dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV. Sultan Murad IV adalah Sultan Khilafah Utsmaniyah ke-17 (1623-1640). Dia hidup pada tahun 1021-1049 H (1612-1640 M). Dia diangkat menjadi Sultan Kekhilafahan Utsmaniyah pada usia 11 tahun.
Diriwayatkan pada suatu malam Sultan Murad IV yaitu seorang Sultan Turki Utsmani merasakan hatinya gundah gulana tanpa diketahui sebabnya. Untuk menghilangkan kegelisahan hatinya itu, Sultan Murad mengundang sipir (kepala penjaga) lalu diceritakanlah semua ganjalan yang ada di hatinya.
Kemudian Sultan Murad berkata :
“Mari kita keluar, kita jalan-jalan ke perkampungan untuk melihat keadaan penduduk!”
Mereka pun berjalan dengan menyamar sebagai rakyat jelata hingga di penghujung desa. Sultan dan sipir pun kaget ketika mengetahui ada seorang pria tergeletak di atas tanah! Setelah diperiksa Sultan, ternyata pria itu sudah tewas.
Tapi Sultan merasa aneh dengan keadaan tersebut. Karena orang-orang berlalu lalang di sekitar mayat itu tanpa memperdulikannya sama sekali.
Sultan pun memanggil orang-orang yang lewat, mereka tidak tahu bahwa yang memanggil adalah Sultan Murad. Sultan Murad kemudian bertanya :
“Kenapa ada orang meninggal di sini tapi tak seorang pun membawanya? Siapa dia? Di mana keluarganya?”
Jawab meraka, “Ini orang zindiq, suka minum khamr, dan sering berbuat zina.”
Kata Sultan, “Tapi bukankah dia umat Nabi Muhammad ? Ayo bawa mayat ini ke rumah keluarganya!”
Sesampai di rumah, istrinya menangis melihat mayat suaminya. Para pengantar pun satu per satu meninggalkannya, terkecuali Sultan dan seorang pengawalnya. Tapi istri sang mayat tidak tahu bahwa itu adalah sultan.
Dalam tangisan istrinya itu, dia berseru :
“Semoga Allah merahmatimu, wahai wali Allah. Aku bersaksi bahwa engkau sungguh wali Allah.”
Sultan Murad sangat heran mendengar ucapan wanita itu, dan berkata :
“Bagaimana engkau tahu bahwa suamimu itu adalah wali Allah, padahal kata orang-orang tadi suamimu adalah pemabuk dan pezina”
Wanita itu menjawab :
“Aku sudah duga hal itu. Memang suamiku tiap malam pergi ke kedai minuman keras lantas membelinya sebanyak mungkin, lalu membawanya ke rumah. Sampai di rumah, seluruh minuman ( khamr ) itu dibuangnya diam-diam.
Kata suami saya :
“Semoga saya bisa meringankan keburukan khamr dari kaum Muslimin.”
Suami saya juga selalu pergi ke wanita pelacur dan memberinya uang, sambil berkata :
“Malam ini kau kubayar dan jangan melayani tamu hingga pagi!”
Suamiku bilang ke saya : “Alhamdulillah, semoga dengan itu aku bisa meringankan keburukannya ( pelacuran ) dari pemuda-pemuda muslim malam ini.”
Orang-orang menyaksikan dan mengetahui bahwa suamiku membeli khamr ( minuman keras ), dan masuk ke rumah pelacur. Orang-orang pun membicarakan keburukan suamiku.
Suatu hari saya pernah berbicara kepada suami saya :
“Jika engkau mati, bisa jadi tidak ada orang yang mau mengurus mayatmu.”
Suami saya dengan bibir tersenyum menjawab :
“ Jangan khawatir sayangku… pemimpin kaum muslimin-lah yang akan menshalatkanku beserta para ulama dan pembesar-pembesar negeri lainnya.”
Setelah mendengar penuturan istri almarhum, sultan pun sangat tersentuh, terharu dan menangis sambil berkata :
“Suamimu benar! Demi Allah aku adalah Sultan Murad Ar-Rabi. Besok kami akan memandikan suamimu, melaksanakan shalat jenazah dan menguburkannya.”
Diriwayatkan bahwa selain Sultan Murad, para ulama, syekh dan para penduduk kota hadir mengurus jenazahnya.

Sumber :& Pertinggal DKM

Tidak ada komentar :

Posting Komentar